Welcome

Kamis, 05 November 2009

Cerpen

Endless Love


Tidak tahu sudah berapa lama aku berdiri disini,di depan bangunan ini.Bangunan ini adalah rumah sakit di bilangan Jakarta Timur.Dan di rumah sakit itu ada seorang yang kukenal,namanya Mae.Saat ini Mae sedang dirawat intensif di dalam sana.Mae bersekolah di tempat yang sama denganku.Beberapa hari yang lalu Mae datang ke rumah sakit ini untuk menjalani therapy.Mae adalah satu-satunya sisiwi di sekolahku yang menggunakan kursi roda.Aku tidak mengenal Mae dengan baik,sama seperti aku tidak tahu kenapa dan sejak kapan ia menggunakan kursi roda atau kenapa Mae lebih memilih bersekolah di sekolah umum dan bukan di sekolah khusus.
Beberapa hari yang lalu,saat Mae datang ke rumah sakit ini ia bertemu dengan seseorang bernama Nugie.Secara kebetulan Nugie bersekolah di sekolah yang sama dengannya.Nugie pun tidak mengenal Mae dengan baik,ia hanya mengenal Mae dari jauh dan mengagumi Mae secara diam-diam.Mae memang tidak banyak bergaul,ia hanya berteman dengan teman-teman di kelasnya.
Nugie berada di rumah sakit ini karena tifus yang dideritanya selama dua hari belakangan.Hari itu,hari saat Mae datang ke rumah sakit bersamaan dengan keluarnya Nugie dari kamarnya secara diam-diam.Ia tidak betah hanya berada di kamar seharian.Dengan jarum infus yang masih melekat di tangannya dan tanpa mengindahkan kondisi tubuhnya yang belum pulih benar,Nugie berjalan berkeliling rumah sakit.Sampai di dekat bagian administrasi,ia melihat Mae bersama dengan seorang wanita,sepertinya ibunya.Tak lama di bagian administrasi Mae dan wanita itu beranjak menuju bangku tunggu di depan ruangan fisiotherapy.
Perasaan Nugie campur aduk.Ia merasa senang dan juga gugup.Ingin rasanya Nugie bergerak maju mengahampiri Mae dan mengajak berkenalan.Dimata Nugie,Mae adalah gadis yang tegar karena mengambil keputusan bersekolah di sekolah umum dengan kondisinya yang berbeda dengan temannya kebanyakan,maka itu Nugie mengagumi dan ingin mengajak Mae untuk berkenalan.Nugie mulai deg-degan,ia telah menunggu moment seperti ini selama hampir tiga tahun,tekadnya sudah bulat untuk berkenalan dengan Mae sebelum hari kelulusan tiba.Dan mungkin saat ini adalah satu-satunya kesempatan.Setidaknya jika ia harus merasa malu,hanya ada wanita itu daripada kalau di sekolah harus menahan malu di depan teman-teman,pikirnya.
Akhirnya ia berhasil mengumpulkan keberanian untuk berjalan kearah Mae.Tangannya menggenggam botol infuse erat-erat.Ia menggigiti bibirnya terus untuk mengusir jauh-jauh rasa gugup.Ia tidak mau mundur lagi seperti yang sudah sering ia lakukan di sekolah.
Nugie menarik napas panjang sebelum akhirnya mengulurkan tangan dan berhsil mengeluarkan suara.
“Hai…”
Sampai disitu suaranya terhenti.Untuknya mengeluarkan satu kata saja membutuhkan keberanian yang dikumpulkannya hampir tiga tahun ini.
Mae berpaling dan memandang Nugie dengan tatapan tidak ramah,begitupun wanita di sebelahnya.Melihat itu nyali Nugie menurun drastis namun masih bisa mempertahankan senyumnya.Wanita di sebelah Mae bangkit berdiri dan pergi ke toilet meninggalkan Mae bersama anak laki bersenyum aneh yang tidak dikenalnya.
“Apa gue kenal elo?” tanya Mae.
Tatapannya masih tidak ramah.
Nugie lalu duduk di kursi yang diduduki wanita tadi.
“Oh ya,nama gue Nugie.Kita sekolah di tempat yang sama lho!Elo kesini mau terapi ya?kalo gue lagi dirawat inap disini.Tifus.Oh ya,nama elo?”
Nugie harus banyak bersengal dalam satu kalimat pendeknya.Ia berusaha tetap terlihat tegar.
“Mae.” jawabnya pendek
“Mau terapi?”
“Iya.”
Nugie lalu kehabisan kata-kata dan merasa mulai kecewa dengan sikap Mae yang tidak ramah.Perbincangan mereka terhenti disitu
“Boleh minta tolong nggak?” akhirnya Mae yang duluan yang mengeluarkan suara.
“Boleh banget.Apa?”
“Anterin gue ke taman yang ada di belakang rumah sakit ini,sekarang.”
“Tapi elo kan harus terapi,lagian nanti nyokap elo gimana?”
“Gue nggak mau terapi,gue mau ke taman.Dan gue kasih tau ya,dia itu pembantu gue,nyokap gue nggak mungkin punya waktu untuk nganterin gue terapi.Jadi,mau anterin gue ke taman atau enggak?”
Nugie tersentak mendengar ucapan Mae,ia tidak menyangka Mae seketus itu.Namun Nugie tetap menyanggupi untuk mengantar Mae ke taman.
“Gue udah lama lho pengen kenalan sama elo,nggak nyangka malah kenalan disini.”
“Udah dorong aja,yang cepet,sebelum pembantu gue balik dari toilet!”
Nugie mulai merasa kecewa dengan sikap Mae namun ia masih bersikap lembut.
“Kenapa ketus banget sih?elo nggak suka ya sama pembantu elo itu?”
Mae mengangguk.Nggak lama mereka sampai di taman yang letaknya tidak seberapa jauh dari ruangan fisiotherapy namun tidak terlihat dari sana.
“Ya udah,makasih elo udah anterin gue.Sekarang elo bisa pergi.”
“Pergi?”
Mae ternyata jauh dari bayangan Nugie.Dipikirnya ia gadis yang ramah dan baik hati,tapi nyatanya…
“Elo nggak bisa ramah sedikit apa sama gue?gue cuma mau bertemen sama elo doang kok!”
“Semua juga bilangnya gitu.Mau bertemen tapi ujung-ujungnya cuma manfaatin uang gue atau cuma karena kasihan…” suara Mae terhenti,
“…gue nggak perlu dikasihanin.Pergi!!”
“Tapi gue nggak pernah ngerasa kasihan sama elo malah gue kagum.Dari pertama masuk sekolah gue emang udah pengen minta kenalan tapi baru sekarang gue punya keberanian.Walau harus kenal elo di rumah sakit.Kok elo tega sih mikir gue mau manfaatin elo?nggak nyangka elo sesombong ini,gue pikir elo orangnya ramah,baik,tegar…”
“Berhenti!” Mae memotong tiba-tiba, “elo nggak berhak menilai gue apa-apa.” lanjutnya.
Ini sama sekali bukan perkenalan yang selalu dibayangkan Nugie.Sekarang kekagumannya pada Mae serasa menguap tapi ia merasa tidak terima jika perasaannya selama ini tidak sempat terucap,apa yang akan terjadi selanjutnya ia tak peduli.Keadaan sekitar terlalu ramai untuk membicarakan hal seperti itu.Nugie lalu mendorong kursi roda Mae dengan tergesa menuju tempat parkir di bagian belakang gedung.
“Elo mau ngapain?elo mau bawa gue kemana?” Mae mulai panik.
“Diem!!”
Akhirnya Mae nurut dan membiarkan Nugie.
“Mae,satu hal yang perlu elo tau,gue nggak pernah niat untuk manfaatin elo!Gue tulus,Mae!Gue…tulus…suka dan kagum sama elo!!”
Mereka berdua saling diam dan Nugie bangkit dari posisi berlutut di depan kursi roda Mae.
“Sekarang elo bisa balik ke dalem sendiri kan?soalnya gue rasa elo nggak butuh orang lain.” Setelah mengatakan itu Nugie meninggalkan Mae.
Mae bergeming,mendorong kursi rodanya untuk mengejar Nugie yang sudah berjalan agak jauh.
“Nugie!!” tepat saat Mae memanggil Nugie,satu roda dari kursi Roda Mae masuk kedalam cerukan penyaring saluran air.Kursi rodanya terbalik dan Mae terjatuh,kepalanya membentur keras tembok pembatas area parkir.Nugie yang melihatnya langsung berlari tapi pandangannya mengabur,ia terlalu lelah berlari karena kondisinya.Ia sempat melihat dari ujung mata ada sebuah mobil melaju ke arahnya.Nugie kepayahan dan jatuh pingsan.Botol infus terlepas dari genggamannya.
Entah berapa lama ia tidak sadarkan diri.Saat siuman,Nugie menyadari bahwa ia masih tergeletak di tempat parkir,tanpa botol infus,namun saat melihat ke tempat Mae terjatuh ia tidak melihat siapa-siapa.Nugie bangkit dan langsung berlari ke dalam rumah sakit dan memasuki satu persatu kamar pasien,berharap menemukan Mae di dalamnya.Dan benar,Mae terbaring di salah satu kamar dengan kepala terbungkus kain perban,tak sadarkan diri.Tubuhnya dikelilingi alat-alat bantu kesehatan dan seorang wanita,pembantunya.
“Mae!!” ucap Nugie setengah berteriak.Mae diam tidak bergeming begitupun pembantunya,seakan ia tidak mendengar panggilan Nugie.Nugie lalu berlari menuju kamarnya dan kasurnya telah rapi tak berpenghuni,namanya pun tidak tertera di papan keterangan.Ia mulai mengerti apa yang terjadi.
Nugie bejalan lunglai keluar dari rumah sakit.Ia menunggu Mae keluar dari dalam.Menunggu Mae pulang dengan selamat.Nugie menunggu entah untuk berapa lama.
Ya,akulah Nugie dan aku tidak tahu telah beapa lama menunggu.
Dan tiba-tiba kulihat Mae dari dalam rumah sakit
.Ia bergerak ke arahku….tanpa kursi roda.Bahkan Mae berlari dan tersenyum hingga jaraknya cukup dekat denganku dan ia memelukku.Aku terperangah.
“Mae?elo udah sembuh?”
Mae melepaskan pelukannya dan saat itu aku tahu bahwa senyuman Mae adalah senyuman terindah yang pernah kulihat,
“Makasih ya Nugie!!Sekarang kita sama…”


-kambing_c"antik"-